Advertisement

DIRUNDUNG BINGUNG MENCARI "PASSION"



Oleh : Yuliati, S.Pd

Otak saya mulai ‘thuing-thuing’, cenat-cenut tak tau harus menulis apa. Baru seminggu ini ada di grup pelatihan menulis membuat otakku benar-benar merana. Narasumber yang benar-benar ‘waow’ membuatku lebur menjadi butiran debu. Seakan aku terjerembab di dunia antah berantah di mana saya  di sana tak tahu apa-apa. Sontak seperti mati akal, terpukul oleh rasa minder yang meranggas dibenak saya. Dan ketika saya benar-benar meragu akan kompetensi diri saya, disaat itulah seorang kawan berkata pada saya “Follow your passion.”
Ya, dia seorang kawan, dia hebat, sebut namanya Lukman Hakim; Kepala P3G Jawa Timur.  Beliau sudah mampu menemukan passionnya, sementara saya malah sibuk bertanya-tanya apa sih passion saya?
Saya hanya guru biasa yang teramat biasa malah. Selama ini saya hanya hanya sibuk berkutat dengan rutinitas-rutinitas membersamai siswa-siswa saya belajar. Saya baru membuka mata saya 6 bulan terakhir, berawal dari sebuah pelatihan menyusun “modul ajar” kemudian berlanjut ke pelatihan-pelatihan yang lain.
Pelatihan menyusun modul ajar yang diselenggarakan oleh IGI Surabaya merupakan tonggak awal saya untuk melangkah ke dunia baru yang akhirnya menawan hati saya sampai sekarang. Sebagaimana anak TK yang baru bisa membaca, semua dibaca. layaknya anak yang baru bisa naik sepeda maka seharian naiki sepeda itu, tiada lelah terasa.  Seperti itulah saya yang baru mengenal pelatihan online, hingga semua pelatihan yang saya tahu saya ikuti, tanpa memilah dan memilih. Jangankan dalam waktu satu bulan, terkadang seminggu, dua tiga pelatihan kujalani bersamaan, Hampir lupa tidur saya kerena jatuh cinta pada dunia pelatihan online yang mempertemukan saya dengan orang-orang hebat luar biasa, salah satunya Bapak Lukman Hakim, guru saya.
Oke ... lupakan sejenak pada kemaniakan saya terhadap pelatihan (workshop) online, akan saya bahas pada tulisan saya yang lain. Kembali ke pokok bahasan kali ini “Sebenarnya apakah passion saya?”

Saya adalah salah satu orang yang kesulitan mengenali diri saya sendiri, saya selalu membutuhkan orang lain untuk memberitahu saya akan siapa diri saya. Sebagaimana ceritanya kenapa saya kuliah di Pendidikan matematika UNESA waktu itu. Teman-teman sayalah yang bertanggungjawab dengan itu. Mereka yang lebih tau saya dan memilihkan jurusan itu waktu mengisi formulis UMPTN. Pikirku saat itu, biarlah mereka pilihkan jurusan apa saja toh belum tentu saya akan bisa benar-benar kuliah (mengingat kondisi ekonomi keluarga saya, amat sangat mustahil saya bisa meneruskan kuliah). Saya ikut tes UMPTN waktu itu hanya ingin membuktikan diri saya bahwa saya bisa bersaing dengan teman dan mereka-mereka yang siswa-siswa pintar dan anak-anak bimbel di kelas saya. Hmmmm … dan akhirnya tersesatlah saya benar-benar kuliah di jurusan Pendidikan matematika, kata Bapak “Kau sudah mulai maka seleseikanlah”. Mulai saat itu kami berjuang bersama, Bapak berjuang mencari keping demi keping rupiah untuk biaya, dan saya berjuang untuk bisa benar-benar bertahan dan menyelesaikan apa yang sudah saya mulai.

Kini, jelas kiranya saya adalah seorang guru dan nyatanya mengajar adalah kesenangan saya. Tiada keterpaksaan bagi saya menjalaninya. Justru kebahagiaan luar biasa yang senantiasa saya rasakan ketika menjalankannya. Kendati begitu, masih sulit bagi saya untuk memastikan atau membenarkannya bahwa "Guru" adalah passion saya.

Saat ini saya seperti sedang mengkhianati perjuangan kami, dan saya malu, saya hanya sebatas menjadi guru biasa teramat biasa. Kendati saya begitu menikmati mengajar, begitu mencintai kebersamaan dengan siswa-siswa saya namun saya merasa belum pernah memberikan sumbang sih apa-apa pada profesi saya juga pada dunia pendidikan yang katanya dunia saya itu.

Sampai baris kesekian ini saya masih bertanya-tanya Gurukah passion saya? Apakah pantas aku mengakui diri begitu sementara saya tak pernah berbuat lebih?

Lalu terbersit di pikiran saya, bukan "guru" passion saya. Mungkin “menulis” adalah passion saya. tapi cukupkah kecintaan saya menulis puisi, cerpen dan novel alay-alay itu untuk menjadi bukti dalam memproklamirkan diri sebagai penulis? Rasanya kok belum. Nyatanya saya ini masih belajar untuk menulis. Meski sejak SD saya sudah punya ketertarikan diri untuk menulis serta sempat menjadikannya hobi. Sampai kuliah pun saya masih menulis. Berpuluh-puluh cerpen saya tulis, tak luput pula puisi dan novel. Namun semua terasa kosong ketika saya sama sekali tak punya bukti, jejak tulisan saya sudah raib entah kemana. Alih-alih dipinjam teman namun tak pernah kembali.

Kini meski tertatih saya coba menguak lagi dunia lama itu, barangkali saja benar passion saya disana. Langkah awal saya adalah menulis puisi dan kali ini saya tidak mau jejak tulisan saya raib lagi, kerananya dengan bantuan kawan saya tadi coba saya bukukan dan terbitkan. Akhirnya jadilah buku kumpulan puisi saya yang pertama. Di samping itu saya coba ikutkan puisi saya pada sebuah lomba cipta puisi, hanya ingin tahu saja; layakkah tulisanku itu disebut karya, dan ternyata satu dari dua puisiku masuk finalis 100 besar LCPN fun Bahas bertema “ibu”. Sedikit agak naik percaya diri saya dan ingin sekali kudeklarasikan passion saya adalah “menulis”.

Namun ketika seminggu ini ada di kelas “menulis” rasanya aku harus berpikir ulang tentang hal itu. Menjadi seorang penulis diperlukan pengetahuan luas dan sebuah konsistensi. Sementara saya tidak mempunyai keduanya. Ataukah aku beralih saja?

Mau beralih kemana? Saya begitu menyukai belajar, apa saja saya ingin pelajari, apakah pembelajar passion saya? lalu bagaimana dengan mengajar atau berbagi ilmu, bukankah saya juga amat menyukainya? 

saat ini saya menjadi mentor/coch/trainer di beberapa kanal pelatihan online, semua saya lakukan karna saya dipercaya bisa dan saya suka berbagi. meski menjadi mentor/coach/ trainer sangat berbeda dengan mengajar di kelas tapi keduanya pada dasarnya sama yakni "berbagi ilmu". Ternyata kalimat saya yang panjang berbaris-baris sampai pada ujung yang sama, tak jauh-jauh dari "mengajar". 
lantas apakah kiranya "guru" adalah benar passion saya dan menulis adalah jiwa saya yang lain. 




Posting Komentar

0 Komentar