Advertisement

MENEMBUS PENERBIT MAYOR

https://www.kompasiana.com/hikariyuli/5e3be9bf097f367d523b9cb3/menembus-penerbit-mayor-resume-21

Masih perlukah buku teks (buku ajar/buku pelajaran dalam bentuk cetak) pada era 4.0?
Pada era serba digital, keberadaan buku cetak sebagian besar sudah tergantikan oleh Ebook yang mudah diperoleh secara gratis. Bahkan untuk keperluan pembelajran pemerintah pun sudah menerbitkan pelbagai buku BSE.

Lalu, masih perlukah buku teks?

Esensi buku teks pelajaran adalah memberikan informasi dan materi kepada peserta didik melalui bahan yang berbentuk cetakan. Sebagaimana kita ketahui buku teks merupakan salah satu sumber belajar dan bahan ajar yang banyak digunakan dalam pembelajaran utamanya pembelajaran konvensional. Meskipun terdengar jadul (konvensional/tradisional) namun nyatanya keberadaan buku teks masih memegang peranan sangat penting. Buku teks pelajaran masih cukup mampu memberikan kontribusi yang baik pada pembelajaran. Bahkan beberapa materi pembelajaran tidak dapat diajarkan tanpa bantuan buku teks pelajaran.

Keberadaan buku teks pembelajaran begitu penting sehingga diprioritaskan dan dimanfaatkan sebagai pendamping siswa dalam mengembangkan daya pikirnya sendiri. Tanpa buku semacam teks, siswa akan kesulitan dalam belajar, baik di dalam kelas maupun secara mandiri. Jadi, buku tersebut dapat dikatakan sebagai pegangan utama peserta didik, baik dari jenjang dasar hingga perguruan tinggi maupun dari sekolah negeri atau swasta. Oleh karena buku teks/ buku pelajaran memuat materi pelajaran ditambah dengan informasi yang relevan secara menyeluruh dan lengkap maka tak heran bila penggunaan buku teks pelajaran tersebut cenderung dominan. Buku teks / buku pelajaran dapat digunakan berdampingan dengan sumber belajar atau media pembelajaran lainnya. Atau dalam kondisi terpaksa bisa juga digunakan sebagai media tunggal dalam suatu pembelajaran.

Tidak hanya digunakan oleh peserta didik, buku teks juga digunakan oleh pendidik. Para tenaga pendidik memerlukan buku tersebut sebagai silabus. Ditambah lagi, buku tersebut memberikan panduan instruksional kepada pendidik untuk memudahkan mereka dalam mengajar, apabila tidak terdapat silabus. Oleh karena itu, buku jenis ini juga sangat diperlukan oleh para pendidik di Indonesia.

Tak jarang seorang pendidik akan dihadapkan dengan buku teks yang beraneka ragam termasuk isi cakupan pembasan di dalam buku teks pelajaran yang terkadang berbeda. Apalagi bila buku teks tersebut dibuat bersamaan dengan pergantian kurikulum. tak jarang kita menemukan buku yang kurang sesuai dengan tagihan silabus yang seharusnya sehingga kita harus mencari rujukan pada buku teks lain. sebagai misal pada buku A belum membahas tentang nilai mutlak padahal seharusnya ada materi tersebut. maka pendidik harus mencari tambahan buku teks lain untuk melengkapi materi sesuai tagihan kurikulum pada silabus.

Seringnya nenghadapi adanya buku teks yang kurang lengkap isinya, pernahkah  melintaskan dalam pikiran kita untuk membuat buku teks sendiri?

Mungkin diantara kita ada yang sempat terlintas pikiran untuk membuat buku teks sendiri atau bahkan sudah membuat buku teksnya sendiri. Tentu saja bila kita bisa membuat buku teks sendiri kelebihannya adalah kita bisa menyesuaikan dengan apa yang kita butuhkan dan model pembelajaran yang hendak kita gunakan nantinya. Namun, kendalanya adalah sudah layakkah buku teks buatan kita untuk digunakan? Yup dari segi penampilan, jika buku ajar buatan kita hanya dicetak biasa dan dijilid biasa tentunya kurang menarik dan hanya bisa digunakan di kalangan sendiri karena kurang layak untuk dipasarkan keluar.

Bagaimana bila kita ingin buku kita lebih layak digunakan baik dari segi isi maupun penampilan? Jawabannya adalah dengan cara diajukan ke penerbit untuk diterbitkan dan di-ISBN-kan. Setidaknya naskah kita yang kita ajukan pada penerbit akan melalui fase editing kembali bukan dan di telaah lebih jauh untuk layak tidaknya diterbitkan. Apalagi bila naskah kita ajukan pada penerbit mayor yang punya standarisasi isi lebih jelas.

Mungkin sebagian dari kita masih bingung tentang mekanisme penerbitan buku, sehingga muncul semacam pesimisme. Seakan berada pada sebuah dilema, menerbitkan di penerbit Indie terganjal pada biaya dan semacam takut sia-sia. Padahal tidak ada satupun yang sia-sia, sebagaimana pesan buku 4 (tentang PKB guru dan angka kreditnya) sangat jelas bahwa karya kita dihargai dalam bentuk angka kredit sebagaimana tabel berikut :
Di sisi lain, Jika kita menginginkan buku kita dapat diterbitkan oleh penerbit mayor rasanya kok seperti "Ketinggian MImpi" hehehe. Nah untuk menjawab pesimistis sebagian orang termasuk saya maka malam ini pada kelas "Menulis bersama Om Jay" (a.k.a Wijaya Kusumah) telah dihadirkan nara sumber yang akan berbagi kisahnya hingga tulisannya dilirik oleh penerbit mayor tersohor, dan sampai sekarang beliau masih menjadi penulis pada penerbit mayor tersebut.

Bapak Muh. Syarifudin yang akrab disapa Mr. Udin adalah guru Pendidikan Agama Islam sekaligus Guru Bimbingan Konseling di SMP Negeri 7 Semarang. Salah satu buku karya Mr. Udin dkk yang diterbitkan oleh penerbit Erlangga adalah buku PENDIDIKAN AGAMA ISLAM dan BUDI PEKERTI Untuk SMP Kelas IX.  Buku ini disusun berdasarkan Kurikulum 2013 Revisi 2016 yang mencakup kompetensi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Dengan demikian, siswa diharapkan dapat menerapkan dan menyampaikannya kepada yang lainnya dalam kehidupan sosial sehari-hari secara bijaksana sesuai ajaran Islam.













Adapaun ciri khas dan fitur-fitur dalam buku ini antara lain :
  1. Peta Konsep pada setiap awal bab memberikan gambaran garis besar satu bab, dan keterkaitan antar konsep dalam satu bab yang akan dipelajari siswa. 
  2. Materi Pembelajaran memberikan deskripsi atau penjelasan dengan pendekatan kontekstual, tersetruktur mengikuti KI - KD kurikulum, sehingga siswa mudah memahami konsep yang dipelajari.
  3. Terdapat Mutiara Hadits merupakan hadits-hadits pilihan untuk lebih memberikan semangat kepada siswa dalam menguasai ilmu pengetahuan.
  4. Dilengkapi Wawasan Islami mengajak siswa untuk memahami dan meresapi ibadahnya sebagai amalan ibadah yang dilakukan
  5. Uswatun Hasanah mengajarkan siswa agar secara internal mau dan mampu memulai kebaikan dari dirinya sendiri
  6. Rangkuman memudahkan siswa mengulang (me-review) pemahaman materi pelajaran yang telah dibahas dalam satu bab.
  7. Ulangan Akhir Bab mengevaluasi hasil penguasaan belajar siswa, sehingga siswa akan mengetahui tingkat kepahamannya.
  8. Aku Aktif merupakan lanjutan ulangan akhir bab dan menjadi penguatan untuk meningkatkan penguasaan materi pelajaran.
  9. Tafakur memberikan manfaat sebagai sarana evaluasi karakter yang telah, sedang dan akan dilaksanakan siswa.
  10. Mutiara Hikmah merupkan hikmah yang akan memberikan keteladanan yang kuat bagi para siswa.

Dibalik berhasil diterbitkannya buku tersebut oleh penerbit Erlangga ada proses usaha yang tak mudah. Mr Udin dkk. telah melaui tahap seleksi ketat dan harus memenangkan persaingan dengan Tim lain yang tak kalah hebat tentunya. Pada akhirnya tulisan dari tim Mr. Udinlah yang memenagkan persaingan dengan tim penulis dari perbagai daerah lain seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Malang, Demak dan lain-lain waktu itu.

Kemudian, berawal dari buku di atas berkembang menjadi buku Mandiri yang berisi ringkasan materi dan soal-soal HOTS tiap KDnya.  Adapun kelebihan dari buku-buku Mr. Udin dkk adalah bahasanya mudah dimengerti, materinya singkat dan padat serta harga yang relatif murah.

Menurut Mr. Udin meski tak mudah untuk bisa tulisan kita diterbitkan oleh penerbit mayor seperti penerbit Erlangga, namun juga bukan perkara yang sulit apalagi mustahil untuk diimpikan dan dikejar. Intinya mulai menulis saja dulu lalu tak enggan dan segan mencoba untuk mengirimkannya ke penerbit mayor. Boleh jadi mungkin sekali-dua kali atau bahkan berkali-kali gagal namun tiada kegagalan yang sia-sia.












Terkhususkan pada penerbit Erlangga, buku/naskah tulisan yang bisa masuk adalah karena :

  1. Hasil dari mau mencoba (ibarat coba-coba berhadiah, yakni coba kirim aja tulisannya, bila rejekinya bisa kok disetujui untuk diterbitkan)
  2. Ada Komunitas atau kolega (Dengan melalui komunitas kemampuan menulis seseorang akan terasah lebih baik karena didalam komunitas pasti ada control dan review untuk saling memperbaiki, sehingga tak heran jika tulisan dari Tim lebih dipercaya apalagi jika didalam tim tersebuat ada nama yang sudah tersohor)
  3. Hasil dari ber-inovasi (Dimana-mana yang namanya inovasi baru memang lebih menarik dan memiliki nilai jual, sehingga memungkinkan penerbit untuk menerima menerbitkannya dengan pertimbangan profit tentunya)
  4. Tulisan yang berbeda dari yang lain (Tak dapat kita elakkan tentunya bahwasanya tulisan yang memiliki tema dan konteks unik dapat lebih mudah mencuri perhatian penerbit)
Nah bagi kawanku yang ingin meniru jejak Mr. Udin kiranya bisa memilih salah satu dari 4 cara diatas. Terlepas dari 4 hal diatas yang hendaknya menjadi catatan kita adalah tulisan kita hendaklah original dan jauh dari plagiasi tentunya. setidaknya Mr. udin berpesan dalam tips menulisnya adalah boleh niru asala dimodifikasi.

Tips menulis ala Mr. Udin sebut saja 7N-ATM :


  1. Nulis
  2. Nulis
  3. Nulis
  4. Nulis
  5. Nulis
  6. Nulis
  7. Nulis
  8. Amati
  9. Tiru
  10. Modifikasi
Jadi bila ingin jadi penulis maka hendaklah memulai menulis, setelah 7 kali nulis baru amati, lalu tiru dan terakhir haruslah dimodifikasi.

Menjawab pertanyaan salah satu peserta kelas, Mr. Udin dalam menghadapi kompetitor menyikapinya sebagaimana layaknya sikap seorang penulis yang tetap positif terhadap kompetitornya, diantaranya :

  1. Tetap bersikap profesional dengan tidak melakukan hal-hal negatif pada pesaing,
  2. Tetap fokus berusaha pada  perbaikan dan berbenah menuju tulisan yang terbaik 
  3. Tetap damai dan bersaing secara sehat tidak saling menjatuhkan
  4. Anggaplah pesaing sebagai penyemangat untuk berkreasi dan berinovasi lebih baik lagi.
Sungguh sikap yang luar biasa yang beliau ajarkan untuk kita. selayaknyalah kita mengambil keteladanan dari beliau.

Demikian tulisan saya mengenai apa yang bisa saya pelajari dari kisah Mr. Udin yang sangat menginspirasi dan menyemangati kita untuk segera mulai menulis.


"MULAI MENULIS SAJA DULU,  untuk kedepannya mau di terbitkan sendiri atau akhirnya di lirik penerbit mayor adalah urusan SANG MAHA PEMBERI PETUNJUK dan JALAN."

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Betul sekali. Kalau ingin naskah kita diterima Penerbit mayor maka tulisannya harus layak jual.

    BalasHapus
  2. Betul sekali. Kalau ingin naskah kita diterima Penerbit mayor maka tulisannya harus layak jual.

    BalasHapus

Trimakasih atas kunjungannya, semoga bermanfaat!