Advertisement

Belajar Itu Menahan (Sebuah Antologi Quick Writing Series #5)

Seharian gawai pintar saya tak pernah berhenti bergetar, beranda pun dipenuhi notifikasi masuk. Hal itu merupakan salah satu resiko dari banyaknya grup Whatsapp dan grup telegram, belum lagi facebook maupun IG padahal di kedua sosmed itu saya jarang aktif. 


Berada dalam banyak grup, khususnya grup pelatihan online terkadang membuat saya pusing dan mendadak darah tinggi. Bagaimana tidak, dalam sepersekian detik pertanyaan yang sama terus diajukan berulang-ulang oleh peserta (anggota grup). Hal itu tentu cukup untuk mencerminkan masih rendahnya kesadaran literasi kita. 

Dalam grup dengan anggota banyak sangat memungkinkan terjadi banyak chat masuk, hal itulah yang memicu keengganan untuk memanjat (baca : scroll ke atas) chat, jalan pintas yang sering diambil adalah dengan langsung bertanya. Tentu saja hal semacam itu akan sangat mengganggu bagi para anggota grup yang benar-benar menyimak, bahkan saking geregetannya sering ada yang dengan terang-terangan menjawab pertanyaan dari anggota grup model begitu dengan kalimat yang cukup menohok. 

"Baca chat diatas ya bu!" atau "Budayakan berliterasi dulu baru bertanya ya bapak!" 

Mungkin tidak ada yang salah dari maksud penyampaian kalimat tersebut. Namun perlu disadari pula di dalam grup terdapat berbagai macam karakter anggota, untuk yang memiliki sikap masa bodoh diingatkan seperti itu pun tak menjadikannya berubah, namun untuk orang yang punya sensitivitas tinggi bukan tidak mungkin akan baper (bawa perasaan) kemudian left grup atau akan memilih diam seribu basa sampai akhir pelatihan. 

Kira-kira anda pernah ada dalam situasi tersebut atau tidak? Jika pernah, bertindak sebagai apa? Yang mengingatkan atau yang diingatkan? 

Terlepas dari peran apa yang pernah anda lakoni, ada kalanya kita dituntut untuk belajar menahan, menahan untuk tidak bertanya jika masih bisa menggali informasi terlebih dahulu dan belajar menahan untuk tidak berkomentar dengan kalimat yang menjatuhkan orang lain. Terkadang diam itu perlu.



Posting Komentar

0 Komentar