Advertisement

Motivasi Ciamik Ciptakan Pembelajaran Menarik

Pernahkah anda berada dalam kelas dengan suasana belajar yang membuat mata seakan terkena gaya gravitasi sehingga sulit rasanya untuk bertahan untuk tetap membuka mata dan tidak ada ketertarikan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran tersebut?



Ataukah mungkin anda yang seorang guru pernah merasa terabaikan di kelas anda sendiri karena apa yang anda sampaikan tidak mendapat respon siswa?

Secara jujur tentunya kita pernah mengalami keduanya. Bahkan kondisi  pada pertanyaan kedua sering kita keluhkan. Tak jarang guru terkesan memonopoli pembelajaran dan seolah-olah ngomong sendiri. Sering pula kita mengkambing hitamkan kelasnya/siswanya yang terlalu pasif, padahal bukan tidak mungkin kita sendirilah penyebabnya. Sebagai seorang pendidik/guru ketika sering dihadapkan pada kondisi tersebut hendaknya mulai untuk mengevaluasi diri dan strategi pembelajaran yang diterapkannya. Kondisi tersebut hendaknya dapat memotivasi guru untuk melakukan perubahan/inovasi strategi mengajarnya.

Di awal memulai perubahannya selayaknya kita tidak perlu muluk-muluk dan berharap terlalu tinggi bahwa perubahan yang di upayakan guru nantinya akan langsung membawa perubahan yang signifikan terhadap peningkatan minat belajar dan peran aktif siswa di kelas. Perlu disadari bahwa suatu upaya itu membutuhkan proses, yang terpenting guru sudah memulai perubahan tersebut sedikit demi sedikit.

Mengubah sapaan kepada siswa saat memulai pembelajaran mungkin bisa dijadikan langkah awal dalam perubahan yang kita rancang. selanjutnya merubah gaya apersepsi utamanya dalam memotivasi  siswa sebagai upaya menumbuhkan rasa ingin tahunya.

Pada awalnya, tentunya akan terasa sedikit berat bagi guru karena belum terbiasa ditambah lagi munculnya berbagai respon siswa yang tidak terprediksi sebelumnya akan  Namun justru dari respon yang tidak terprediksi tersebut sebenarnya terdapat adanya celah bagaimana guru dapat  menarik mereka ke dunia yang guru ciptakan.

Perhatikan rekaman  pembelajaran sebelum dan sesudah perubahan gaya apersepsi berikut ini!


Rekaman pembelajaran sebelum inovasi

Guru : "Rumus sinus jumlah dua sudut adalah sebagai berikut"


Siswa : Tidak ada respon berarti (kebanyakan hanya akan melihat sekilas)

Guru  : Coba sekarang tentukan nilai dari 




Rekaman pembelajaran sesudah inovasi 

1. Guru mengajak siswa bermain lipat kertas.

2. Guru membagikan kertas origami pada siswa. 

3. Guru memberikan intruksi sebagai berikut:

  • Beri nama titik sudunya sehingga akan diperoleh persegi ABCD.

  • Himpitkan titik B ke A dan C ke D sedemikian hingga diperoleh garis lipatan (namakan garis l   ) yang membagi kertas menjadi dua bagian yang kongruen. 

  • Buka kembali kertas lipatanmu kemudian himpitkan ujung kertas lipat yang bernama titik B tepat berada pada garis sedemikian hingga garis lipatannya melalui titik A (garis lipatnya dinamakan m ), beri titik pada pertemuan titik B dengan garis.

  • Buka kembali kertas lipatmu dan beri nama titik  yang terletak di garis  l  dengan nama titik E, titik potong garis dengan AB dengan nama titik F, titik potong garis dengan BC dengan nama titik G.

4. Guru mengajukan pertanyaan : 

"Tanpa mengukur dengan penggaris busur derajat, berapakah besar sudut BAG?"

5. Guru memberi jeda waktu untuk peserta didik memberikan respon. 
(diharapkan anak akan berfikir lebih untuk mengajukan hipotesa jawaban yang mungkin benar disertai alasan yang menguatkan)

6. Tanpa memberikan penguatan jawaban yang benar, guru mengajukan pertanyaan kembali :

"Tanpa mengukur dengan penggaris busur derajat, berapakah besar sudut BAE?"
7. Guru memberi jeda waktu kembali untuk peserta didik berfikir dan memberikan respon. 
(diharapkan anak akan berfikir lebih untuk mengajukan hipotesa jawaban yang mungkin benar disertai alasan yang menguatkan)

8. Guru meminta siswa melipat kembali kertasnya pada posisi titik B berhimpit dengan titik E. 
9. Guru meminta siswa meminta siswa melipat kertasnya dengan menghimpitkan titik D pada garis m. 

10. Guru mengajukan pertanyaan berapakah sudut yang terbentuk pada hasil lipatan diatas.


11. Guru memberi jeda waktu pada peserta didik untuk berfikir dan memberikan jawaban.
(Diharapkan siswa dapat melakukan identifikasi,analisis serta menggeneralisasikan simpulan jawaban yang tepat sehingga mereka akan menguatkan pemahamannya sendiri). 

12. Guru mengajukan kembali pertanyaan sebelumnya yakni : 
"Berapakah besar sudut BAG?"
"Berapakah besar sudut BAE?"


13. Guru merangsang rasa ingin tahu siswa dengan bertanya:

  "Dapatkah kalian membuktikan secara matematis besar sudut BAE yang kalian peroleh?"

(Diharapkan siswa akan memberikan jawaban yang menunjukkan adanya rasa ingin tahu dan ketertarikan untuk membuktikan secara matematis")


14. Kemudian guru memastikan untuk menghubungkan pengetahuan awal tadi dengan pengetahuan baru yang akan dipelajari dengan memberikan beberapa pertanyaan lanjutan.



Tampak dengan jelas bahwasanya kedua rekaman pembelajaran tersebut memberikan pengalaman belajar yang jauh berbeda. Perhatikan pada rekaman pembelajaran sebelum guru mengubah strategi apersepsinya, pada pembelajaran tersebut guru langsung memberikan rumus sinus jumlah dua sudut. Hal ini tentunya akan membuat anak tidak berfikir, melainkan tinggal menerima dan menunggu guru memberi contoh penyelesaian soal tersebut, selebihnya mereka akan cenderung diminta menghafalakan rumus tersebut. 

Bukan berarti rumus tidak boleh dihafalkan, namun akan lebih baik jika siswa memahami konsep dasarnya, sehingga kalau suatu saat mereka lupa maka dengan pemahaman tersebut mereka akan membangun kembali ingatannya. 


Berbeda halnya dengan rekaman pembelajaran yang pertama, setelah guru melakukan inovasi, tampak bahwa dalam pembelajaran tersebut siswa/peserta didik dipaksa untuk melibatkan diri bahkan tanpa mereka sadari mereka diarahkan untuk masuk ke dalam dunia baru yang diciptakan guru sekaligus menghubungkan pengetahuan awal dengan pengetahuan yang hendak dipelajari. 

Pada rekaman pembelajaran yang diinovasikan oleh guru, siswa dibiasakan untuk berfikir kritis, tanggap, cakap dalam mengidentifikasi, menganalisis serta mengeneralisasikan temuannya secara utuh dalam memahami suatu konsep. harapannya, apa yang mereka temukan sendiri akan mampu bertahan lebih lama dalam memori mereka dibanding mereka hanya diberikan rumus dan diwajibkan menghafalkan rumus tersebut.

Ketertarikan peserta didik pada pokok masalah yang disajikan guru merupakan point utama suatu pembelajaran dapat mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. Hal itu tetunya disebabkan peran aktif siswa selama proses pembelajaranlah yang sesungguhnya dapat menghidupkan suasana belajar. Mampu tidaknya suatu pembelajaran dalam memberikan pengalaman belajar bermakna tercermin dari bagaimana antusiasme serta responsibility siswa selama pembelajaran. 

Dengan menjadikan siswa/peserta didik bukan lagi sebagai objek pembelajaran melainkan sesama subjek yang diantara subjek-subjek tersebut memungkinkan terjadinya interaksi, kolaborasi dan komunikasi diharapkan akan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan tanpa mengurangi esensi dari pembelajaran itu sendiri.

Pada dasarnya pembelajaran itu diperuntukkan bagi siswa/peserta didik maka sudah selayaknya guru mengubah kebiasaan memberi/menyuapi siswa/peserta didik  serta memberi kesempatan bagi siswa/peserta didik untuk menjadi pusat dari pembelajaran itu sendiri. Siap tidak siap guru harus berfikir kreativ untuk merancang sedemikian rupa pembelajarannya dengan melibatkan siswa secara aktif dalam mencapai tujuan pembelajaran secara optimal.

Bagaimana, apakah anda sudah mendapatkan gambaran untuk memodifikasi pembelajaran anda?

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Jooosss, lanjutkan siap nyimak 😍😍👍👍

    BalasHapus
  2. Ini bagus banget. Semoga anak anak akan cinta matematika kalau banyak guru yang kreatif seperti ini

    BalasHapus

Trimakasih atas kunjungannya, semoga bermanfaat!