Sebagai seorang pendidik tentunya kita telah banyak melakoni proses pembelajaran demi pembelajaran di kelas. Dari apa yang kita terapkan dan kembangkan dalam pembelajaran tersebut terselip beragam kisah baik suka duka. Tak jarang kita merasakan kegagalan dalam pembelajaran yang kita kembangkan, namun kita tidak pernah berhenti pada kegagalan tersebut. Tanpa kita sadari sebenarnya kita senantiasa melakukan upaya untuk mengatasi kegagalan dan mencari cara untuk memperbaiki pembelajaran tersebut.
Tidak mungkin rasanya kita akan tetap berada pada satu titik kegagalan itu terus menerus. Pada satu periode pastinya kita dapat menemukan perbaikan pembelajaran yang kita terapkan. Hanya saja terkadang ketika kita mendapatkan pembelajaran terbaik itu luput dari dokumentasi kita. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan kenapa ketrampilan menulis menjadi salah satu ketrampilan yang hendaknya dikuasai oleh guru seperti kita.
Guru dirasakan perlu memiliki kecakapan menulis karena selain untuk mendokumentasikan upaya peningkatan pembelajarannya namun menulis dapat menjadi salah satu cara berbagi praktik baik pembelajaran yang mungkin dapat bermanfaat baik sebagai inspirasi maupun referensi bagi rekan guru yang lain.
Bila kita berbicara mengenai ketrampilan menulis guru maka tidak dapat kita pungkiri akan adanya fakta bahwa ternyata masih banyak sekali miskonsepsi-miskonsepsi yang kita temui. Seperti apa miskonsepsi dimaksud?
- Menulis hanya untuk mereka yang memang memiliki bakat menulis.
- Menulis itu merupakan proses sekali jadi (instan)
- Menulis itu sulit, karena setiap tulisan harus mengikuti EYD
- Ketrampilan menulis tidak memiliki keterikatan dengan ketrampilan berbahasa yang lain seperti membaca dan berbicara
- Karier guru dan penulis itu adalah dua hal yang berbeda dan tidak tersambung satu sama lain.
Dalam menulis diperlukan kekayaan ide, inspirasi, pengetahuan yang dapat diperoleh dengan banyak membaca, bahkan apa yang dibaca oleh penulis seringkali akan tergambar dari gaya kepenulisan dan isi tulisan yang diangkatnya. Selain itu untuk menjadi penulis, kita juga dituntut untuk mampu memaparkan secara lisan dari hal apa saja yang kita tulis. Jadi ketrampilan menulis sangat erat kaitannya dengan kemampuan membaca, menyimak maupun berbicara. Keempatnya merupakan ketrampilan berbahasa yang saling berpengaruh satu dengan yang lainnya. Maka, tidak ada ceritanya seorang penulis yang tidak menyukai membaca atau enggan membaca akan dapat menghasilkan tulisan yang berkualitas.
Miskonsepsi yang terakhir yakni tidak adanya ketersambungan antara karier guru dan menulis ini.
0 Komentar
Trimakasih atas kunjungannya, semoga bermanfaat!