Advertisement

Salahkah Aku Jika Terlanjur Cinta?

 Aku yang bukan siapa-siapa ini hanya bisa tersenyum tipis menatap layar gadgetku, baru saja aku membaca chat pribadi yang masuk dari seseorang Sahabat Rumah Belajar. 


"Kalau boleh tau ibu nanti akan sosialisasi mengenai apa bu tentang Rumah Belajar?" tulis seorang kenalan baru yang entah mulai kapan sudah bergeser kuanggap sebagai sahabat, ya, aku memang lebih menyukai menganggap dan menerimanya banyak orang sebagai sahabat bagiku.  

Kembali pada pertanyaan diatas aku lantas mengetikkan sebuah kalimat sebagai jawaban, meski aku tak yakin apa aku harus menjelaskan atau tidak yang jelas aku tidak mau beliau salah paham atas keberadaanku. 

"Maaf ibu, saat ini saya hanya fokus mengajar dan berbagi ilmu saya yang hanya sedikit ini." 

"Lho, bukannya tugas pembaTIK level 4 adalah salah satunya sosialisasi Rumah Belajar ya bu?" 

Lagi-lagi aku tersenyum kendati lawanku bicara tak akan melihat itu. Sepertinya teman saya ini salah paham, dikiranya saya juga merupakan salah satu SRB, hanya karena dari sekian banyak anggota grup kelas alumni level 3 mungkin hanya aku yang tidak lolos pembaTIK level 4 namun masih aktif menanggapi progress tugas teman-teman yang lanjut ke level 4 dan aku beberapa kali memberi komentar pada blog mereka hingga pada akhirnya aku diminta sedikit  berbagi  tentang bagaimana mendesain blog. Jadi, tak heran jika ada yang salah mengira atas keberadaanku disalah satu grup alumni pembaTIK level 3 yang kebetulan aktif sharing mendiskusikan blog dan sosial media juga flyer hasil karya teman-teman SRB dari anggota grup tersebut. Tak ingin si ibu semakin salah paham akhirnya kuberitahukan bahwa aku bukan bagian dari pembaTIK level 4. 

Lama tak ada ketikan balasan, aku pun beralih kembali menekuni script CSS yang hendak ku jelaskan pada teman chat saya tersebut untuk menghias blog. Ya, awalnya pun chat kami juga hanya berkutat tentang desain blog tapi entah kenapa ibu tersebut tiba-tiba menyinggung tentang sosialisasi Rumah Belajar yang ternyata merupakan bagian dari tugas untuk pembaTIK level berbagi ini. Tak heran pula mengapa para SRB ini dibebani tugas untuk mensosialisasikan rumah belajar beserta implementasi inovasi pembelajaran dengan menggunakan konten yang ada di dalam Rumah Belajar karena pada akhirnya para SRB ini lah yang nantinya akan menjadi Duta Rumah Belajar yang harus mampu meyakinkan publik tentang manfaat portal tersebut baik sebagai guru, siswa maupun para orang tua. 

"Ibu tidak daftar level 4? Sayang sekali ya ibu tidak tertarik untuk ikut level 4 dan mengkampanyekan Rumah Belajar?" 



Mengkampanyekan Rumah Belajar? Tentu  saja, dengan senang hati aku tetap akan membantu mengkampanyekan Rumah Belajar yang merupakan portal khusus yang diprakarsai pusdatin serta dikembangkan bersama para guru seluruh Indonesia tersebut. Sebagai seorang guru tentu saja aku turut berbangga hati karena pusdatin mempercayai para guru untuk memiliki dan turut mengembangkan portal tersebut. Apalagi Rumah Belajar ini sebagai salah satu sarana belajar pada era digital yang memiliki banyak fitur yang sangat bermanfaat serta dapat dipergunakan secara gratis. Meski mungkin tampilan serta konten yang ada di dalamnya belum sesempurna portal serupa yang berbayar namun setidaknya pusdatin bersama guru seluruh nusantara terus berupaya mengembangkannya sebagai salah satu bentuk usaha untuk peningkatan kualitas dan layanan pendidikan di Indonesia. 

Turut serta mengkampanyekan dan menyumbangkan karya inovasi dan konten pembelajaran bukan semata tanggungjawab para pembaTIK level 4 saja, bukan?  Tak harus menunggu menjadi SRB(Sahabat Rumah Belajar) atau pun DRB (Duta Rumah Belajar) untuk ikut berperan serta dalam mengembangkan Rumah Belajar yang boleh dibilang adalah rumah kita bersama  sebagai guru. Namun begitu, tentu saja caraku mengenalkan rumah belajar akan berbeda dengan para SRB dan DRB karena sekali lagi aku menyadari keberadaanku bahwasannya aku hanya guru biasa yang terlanjur jatuh cinta dan merasa ikut memiliki Rumah Belajar. Bolehkan? 

Aku tidak merasa ada yang salah dengan tetap setia mencintai rumah belajar meski faktanya aku tidak lolos ke pembaTIK level 4 karena suatu cerita panjang di baliknya. Cerita yang mengajariku bersyukur atas kesempatan kehidupan serta pembelajaran bagiku untuk tidak semakin dalam tersesat dalam keegoisan, sekaligus pembelajaran bagiku tentang arti melepas dan mengikhlaskan. 


"Sudah ya ibu, kita kembali ke belajar blognya ya ibu." segera kualihkan topik kami kembali ke tujuan awal kami; belajar menghias blog. 


Tulisan ini  kudedikasikan khusus untuk rekan-rekan guru yang telah lolos kualifikasi dan masuk di pembaTIK level 4, semangat dan sukses untuk sahabat-sahabatku SRB seluruh nusantara. Jika aku yang guru biasa ini saja bangga menjadi guru karena memiliki portal Rumah Belajar maka kalian semua harusnya bisa lebih bersemangat lagi untuk terus berjuang, berkarya dan memberikan yang terbaik untuk Rumah Belajar. 


Untuk yang membaca tulisanku ini semoga memahami jika nantinya mungkin akan ada tulisanku berikutnya mengenai Rumah Belajar, tentu cerita diatas adalah alasannya.   Aku hanya terlanjur cinta dan ijinkan aku mencintainya dengan caraku. Aku yang hanya guru biasa ini hanya ingin berbenah, belajar dan berkarya tanpa dibatasi status dan juga tingkatan belajarku di pembaTIK. Ijinkan aku untuk tetap belajar pada kalian semua para master DRB dan sahabatku SRB. 



Love SRB n DRB 

Love Rumah Belajar

Posting Komentar

0 Komentar