Advertisement

Berbagi Tak Akan Merugi

Tema : Berbagi

Judul : Berbagi Tak Akan Merugi

Oleh : Hikari Yuli

Sumber gambar : http://psikologi-metamorfosa.com/manfaat-mengajari-anak-berbagi-sejak-dini


Pagi ini suasana sekolah Dzaky lebih ramai daripada hari biasanya. Tampak beberapa ibu-ibu menggandeng anaknya masing-masing. Hal itu tentu saja karena hari ini adalah jadwal outing class. Menurut Bu Dewi, guru kelas Dzaky, outing class itu belajar diluar kelas. Bu Dewi juga menjelaskan jika kegiatan outing class ini secara rutin diadakan 6 bulan sekali di sekolah ini dan berlaku pula untuk kelas bawah seperti kelas Dzaky.

Ibu Dzaky menggandeng tangan Dzaky bergegas menghampiri Ibu guru kelasnya. Bocah 7 tahun itu hanya bisa menurut saja meski sebenarnya ia ingin kali ini ibunya bisa menemaninya seperti ibu-ibu dari teman-temannya. 

"Dzaky anak sholih ummi, Dzaky mengerti kan kenapa ummi tidak bisa menemani Dzaky kali ini?" Tanya ibu Dzaky meyakinkan,sambil berjongkok mensejajarkan tingginya dengan Dzaky, bagaimanapun juga ibunya dapat merasakan kesedihan Dzaky saat ini. 

Perlahan Dzaky mengangkat wajahnya dan tersenyum. 

"Tak apa-apa ummi." Jawabnya singkat. 

"Kan ada bu guru dan teman-teman ya, Dzaky." Bu Dewi tersenyum dan meraih tangan Dzaky dari pegangan ibunya. 

“Titip Dzaky, ya, Bu. Maaf saya tidak bisa izin untuk menemani Dzaky outing class.” Sekali lagi Ibu Dzaky meminta tolong pada bu Dewi.

“Iya, Ummi. Lagian pabriknya dekat dari sini.” Bu Desi tersenyum kepada Ibu Dzaky.

“Terimakasih, Bu.” 

Setelah berbincang sejenak dengan bu Dewi dan yakin bahwa Dzaky tidak apa-apa ditinggal, Ibu Dzaky pun segera berpamitan pada Dzaky dan Bu Dewi. 

Sepeninggal ibunya, Dzaky meminta ijin bergabung dengan teman-temannya yang sudah berkumpul ditengah lapangan bersama orang tuanya yang mendampingi. Awalnya Dzaky terlihat bingung karena sepertinya hanya dia yang tidak didampingi orang tuanya. Namun kemudian Akbar berseru memanggilnya dan mengajaknya untuk bergabung.

“Ayo anak-anak. Kita kumpul dulu di halaman.” Terdengar suara Bu Dewi dari pengeras suara yang dibawa-bawa di lengan kirinya.

Bu Dewi kemudian memimpin doa dan menjelaskan rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan hari ini. Mereka semua akan menuju ke sebuah pabrik boneka dengan mengendarai kereta kelinci.

“Dzaky, nanti duduk di sampingku, ya?” ajak Akbar yang diangguki juga oleh ibunya.

“Bolehkah Bu guru?” Dzaky meminta persetujuan Bu Dewi dengan pandangan penuh harap.

 “Tentu saja boleh, Sayang.” Bu Dewi tersenyum dan  mengusap rambut Dzaky. Bu Dewi  segera membantu Dzaky naik ke kereta mini,  duduk bersebalahan dengan Akbar dan ibunya.

Sepanjang perjalanan Bu Dewi memberikan penjelasan tentang tempat-tempat yang mereka lalui, hal itu sangat bermanfaat bagi Dzaky dan teman-temannya untuk mengenal lingkungan sekolahnya. Bagi Dzaky hari ini bukan saja pengalaman outing class pertamanya tapi ini juga pengalaman pertamanya naik kereta mini atau biasa disebut kereta kelinci sebagai salah satu alat transportasi darat.

“Terima kasih ya, Akbar, sudah berbagi tempat duduk denganku.”

Ibu Akbar terlihat tersenyum mendengar ucapan tulus Dzaky.

“Sama-sama,  Akbar suka kok duduk sama kamu. Bukankah begitu, Akbar?”

Akbar mengangguk.

“Kamu kok sendirian, Dzaky?” Tanya Akbar kemudian.

Mama Akbar mengedipkan matanya, sepertinya tanda bahwa Akbar dilarang menanyakan hal tersebut.

“Iya, Ummi dan Abi tidak bisa izin.” 

“Tak usah sedih ya, Sayang. Hari ini anggap saja Dzaky sedang liburan bersama tante dan Akbar.” Ibu Akbar mengelus pundak Dzaky, mencoba mengalihkan dzaky dari kesedihannya.

“Terima kasih, Tante. Dzaky tidak sedih lagi kok, kan udah ada Akbar, tante, teman-teman dan bu Dewi.”

Benar saja, seharian ini Dzaky seakan menjadi bagian dari keluarga Akbar. Kemana pun mereka pergi, Dzaky pun tidak pernah lepas dari mereka.

“Maukah mencoba telur gulung abiku, Akbar?” Dzaky menyodorkan kotak bekalnya pada Akbar dan Ibunya. Hari ini Abi memang membawakannya bekal makan siang berlebih. Telur gulung berlapis-lapis dengan warna cantik dari wortel dan daun bawang buatan Abi adalah menu favorit bagi Dzaky. Dia sering membawanya dan berbagi dengan teman-temannya saat jam makan siang di sekolah.

“Asyik…!” sahut Akbar sambil segera mengambil telur gulung dari kotak bekal Dzaky. “Telur gulung buatan Abimu memang enak lho!” sambung Akbar yang langsung menghabiskan beberapa potong telur.

“Ma, Dzaky ini sering bagi-bagi makanannya kalau di sekolah” Akbar menjelaskan ke Ibunya.

“Akbar, kamu ini udah bawa bekal sendiri tapi malah ngabisin bekal Dzaky! Maaf, ya, Sayang.” Mamah Akbar tersenyum rikuh dengan ulah Akbar.

 

“Tidak apa-apa kok, Tante. Kata Abi, berbagi itu indah. Berbagi itu tidak akan merugi kok. Alhamdulillah, Akbar suka bekalnya.” Dzaky tersenyum lebar.

 

“MasyaaAllah kamu pinter, memang benar berbagi itu indah, Sayang.” Ucap Ibu Akbar.

“Seperti  Akbar berbagi Mama ke Dzaky, iya, ‘kan, Ma? Tidak rugi, buktinya Akbar dapat banyak telur gulung” Timpal Akbar dengan mulut penuh dengan telur gulung.

Mereka bertiga pun tertawa bersama-sama.

“Jangan lupa, ucapkan terima kasih ketika kita mendapatkan sesuatu dari orang lain, ya.” Mama Akbar mengelus rambut kedua bocah tersebut.

 

#Tak mudah menulis cernak


Posting Komentar

1 Komentar

  1. Maju terus dan berkarya trus sobat... ditunggu karya2 berikutnya

    BalasHapus

Trimakasih atas kunjungannya, semoga bermanfaat!