Belajar Bilang “O”
Oleh:
Hikari Yuli
Lalu kenapa bangsa kita sekarang jauh
tertinggal dari bangsa lain? Menilik reputasi sejarah bangsa kita, harusnya
bangsa Indonesia saat ini sudah dapat menjadi rule model bagi dunia dalam
perkembangan peradabannya andaikan bangsa ini mampu mewariskan kecakapan
tersebut melalui pendidikan maju dan terarah. Namun, faktanya pendidikan di
Indonesia masih sangat jauh tertinggal untuk dikatakan sebagai pendidikan
dengan pembelajaran terbaik, hal ini semakin nyata terlihat ketika dunia
pendidikan harus berjibaku melakukan pembelajaran jarak jauh PJJ) pada masa
pandemi COVID -19.
Disana-sini masih terlihat berbagai
bentuk ketidaksiapan dunia pendidikan kita untuk melaksanakan pembelajaran
jarak jauh tanpa mengurangi esensi pembelajaran itu sendiri. Keterbatasan
kompetensi SDM utamanya pendidik dalam memanfaatkan TIK serta
mengintegrasikannya dalam pembelajaran merupakan kendala terbesar untuk dapat
menampilkan pembelajaran terbaik pada saat bencana (pandemi) terjadi.
Seorang pendidik di era sekarang harus
menguasai TPACK
(Technological, Pedagogical, Content Knowledge) untuk itu perlu adanya
kesadaran dari masing-masing individu pendidik untuk berupaya meningkatkan
kompetensi guna mencapai profesionalisme fungsionalnya.
Perlu disadari
pula bahwasanya pembelajaran terbaik adalah pembelajaran bermakna secara
keseluruhan, mulai dari proses sampai pada hasil serta mereview kembali untuk
perbaikan kedepannya. Sedangkan yang dimaksud dengan pembelajaran bermakna
tentunya bukan sekedar terjadi transformasi pengetahuan namun dalam prosesnya harus
dibarengi dengan penanaman karakter melalui tindakan nyata yang hendaknya
dicontohkan oleh pendidik sebagai motivasi serta mengarahkan peserta didik
untuk mencapai 4 karakter minimal yang harus dimiliki peserta didik yakni
kreatif, Berfikir kritis, komunikatif dan kolaborasi.
Pembelajaran
yang baik mampu memicu lebih banyak rasa ingin tau peserta didik, menuntutnya
berliterasi mengumpulkan informasi serta menganilisa masalah berdasar informasi
yang diperolah, kemudian mengkomunikasikannya dalam sebuah diskusi ber-arah
serta berkolaborasi memecahkan masalah tersebut.
Tentu saja dalam
pelaksanaan PJJ bukan berarti guru hanya mewakilkan pembelajarannya kepada
modul maupun LMS serta penugasan namun sebagai fasilitator, seorang guru
dituntut untuk benar-benar mampu menciptakan kondisi belajar yang efektif. Guru
dituntut merancang suatu perencanaan pembelajaran yang mampu merangsang
keaktifan siswa untuk turut ambil bagian dalam pembelajaran serta menyusun
media pendukungnya.
Kelas maya
juga harus dibangun untuk memungkinkan terjadinya interaksi antara Guru, siswa
dan sumber belajar, juga dimungkinkan adanya diskusi antar siswa, maupun antara
siswa dan guru sebagai fasilitator sekaligus bertanggungjawab memonitor
keberlangsungan pembelajaran tersebut.
Pembelajaran Inkuiri, Blended
Learning, SOLE adalah beberapa contoh model pembelajaran yang dapat diterapkan
dalam PJJ abad 21. Analisis topik (materi) pelajaran dan RPP menjadi mutlak
dilakukan oleh guru sebelum pelaksanaan pembelajaran guna memastikan kesesuaian
media serta permasalahan yang memungkinkan mengarahkan siswa untuk mencapai 4C
selama proses pembelajaran.
Pembelajaran
terbaik bagi saya bukan pembelajaran yang bertele-tele dengan teori-teori dan
rumus, cukuplah setelah pembelajaran tersebut
siswa mampu menjawab “Mengapa begini? Mengapa begitu?”
dengan “O…. Jika begini maka akan Bla bla bla dan jika begitu maka akan
titik titik titik…”.
1 Komentar
Mantul. Saya belajar maka saya harus rajin membaca agar tak kehilangan kata kata tulidan yg bagus dan menginspirasi
BalasHapusTrimakasih atas kunjungannya, semoga bermanfaat!